Marissa Haque - The Beautiful Politician and Actress

Brain and beauty, that's a words match to Marissa haque, a lovely ladies with two daughters. The Haque's family is awesome though, all their daughters is the best among their scopes, just like the Azhari's don't they ? :P

marissa_haque

She's got brain....!


marissa_haque

she's got beauty....


marissa_haque

united in peak....


Marissa Haque - Empat Mata

Comments
15 Comments

15 comments:

  1. tidak benar itu semua hai saudaraku dengan penulis satu orang belaka dari Universitas Borobudur. Kamu kan adalah Faisal Santiago yang Dekan Fakultas Hukum yang anaknya Salah seorang Drijen Dikti Diknas yang terlibat dalam pembuatan ijazah ASPAL (asli tapi palsu) Ratu Atut Chosiyah kan? Sudahlah Faisal Santiago, ngaku sajalah dosa dosa kamu.......

    ReplyDelete
  2. Jaka sembung bawa golok, lu gak nyambung go*lok!

    ReplyDelete
  3. Komentar Anda
    Mbak Marissa, tahu nggak si Ratu Atut itu kan dilindungi sama SBY. SBY itu kan perlu JK buat back up dana kampanyenya, lha JK kan pacargelap Ratu Atut. Jadi selama SBY jadi prersiden kamu nggak akan berhasil mengungkap kejahatan Atut dan Universitas Borobudur. Khususnya banyak POLRi di Mabes Polri lulusan Universitas busuk dipinggir Kali Malang itu. Faham???
    TEBE SIMATUPOANG

    tidak benar itu semua hai saudaraku dengan penulis satu orang belaka dari Universitas Borobudur. Kamu kan adalah Faisal Santiago yang Dekan Fakultas Hukum yang anaknya Salah seorang Drijen Dikti Diknas yang terlibat dalam pembuatan ijazah ASPAL (asli tapi palsu) Ratu Atut Chosiyah kan? Sudahlah Faisal Santiago, ngaku sajalah dosa dosa kamu.......
    faisal

    ReplyDelete
  4. maaf lahir dan bathin, selamat berpuasa dan sekaligus berdoa agar kejahatan Ratu Atut Chosiyah dari korupsinya sampai dengan konspirasi ijazah palsu dengan oknum pProfessor di Universitas Borobudur jakarta Timur terbongkar ya?

    ReplyDelete
  5. abis maaf kok malah nyebar isu...

    ReplyDelete
  6. Tabbayun dari Pendukung Bunda Marissa Haque

    Prihatin dengan pemberitaan sepihak dari oknum partai yang dengan santainya melakukan perbuatan black campaign secara terbuka melalui blogspot mereka dan friendster, maka kami sekumpulan pendukung Bunda Marissa Haque for 2009 Legislative berinisiatif membuat blog ini agar dapat dipakai sebagai klarifikasi / tabbayun adanya.
    Sebagai ummat beragama kami menyadari bahwa perbuatan vandal dan black campaign yang telah mereka lakukan adalah perbuatan syaitan adanya. Kami memaafkan mereka semua, sambil gterus mendoakan agar Bunda Marissa Haque tetap istiqomah dan hanif didalam berjihad dijalan-Nya. Kami sadar seorang Bunda Marissa semata tidak akan mampu mengubah isi Indonesia. Apalah artinya beliau itu yang belum sampai 5 tahun berpolitik. Namun kami yakin seribu persen adanya, bahwa upaya menuju kebaikan bagi rakyat Indonesia yang kita semua idam-idamkan akan dapat terlaksana apabila kita faham siapa saja dari mereka para musang berbulu domba tersebut. Para munafiqun yang mendapatkan keuntungan sesaat dari perbuatan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik yang sangat mungkin akan dapat digiring menjadi perlakuan Delik Pidana Pasal 310 jo Pasal 311 KUHP.
    1.
    Lihatlah apa yang telah dengan sengaja dilakukan oleh Hendra alias Hendro asisten pribadi Bpk. Ir. Pramono Anung Wibisono, MM (Sekjen PDIP) didalam Friendster-nya sejak 2 tahun yang lalu dengan alamat:
    www.the-shadow.blogs.friendster.com/gak_penting/2006/09/marissa_haque_d.html-17k. Hendro ini tampak seperti orang frustasi setelah ditinggal cerai oleh Shelly istrinya yang juga adalah seorang anggota DPRD Jawa Barat dari Fraksi PDIP, dan diindikasi berselingkuh dengan ketua DPD PDIP Jabar RHT. Karir politik Hendra alias Hendro di DPP PDIP pun tidak secerah mantan istrinya yang menjadi anggota dewan di DPRD Jabar. Sampai hari ini karir Hendro mentok hanya menjadi aspri Sekjen Pramono Anung semata dan tidak terlihat akan mendapatkan peluang politik apapun kedepannya. Padahal pendidikan dia lumayan baik bila dibandingkan dengan kader PDIP lainnya selama ini. Kemungkinan karena karakter buruknya inilah Hendra alias Hendro memiliki masa depan yang suram.
    2.
    Tak kalah menyedihkan adalah apa yang telah dilakukan oleh kader senior mantan wartawan Kejaksaan Bpk. Panda Nababan (ayah dari Putra Nababan presenter salah satu TV swasta di Jakarta). Sebagai penguasa / perpanjangan tangan Bpk. Taufik Kiemas di DPR RI, sang senior yang baru saja tersangkut sebagai pelaku tindak pidana aliran dana BI bersama Deputy Bank Indonesia Ibu Miranda Goeltom, PhD dan kasusnya sedang terus diproses pada pengadilan Tipikor Jakarta atas laporan sesama rekan PDIP di DPR RI bernama Bpk. Agus Chondro. Panda mengorganisir seluruh wartawan di DPR RI agar jangan mengekspose pemecatan Marissa dengan koridor positif. Panda dan Effendi Simbolon sahabatnya mengatakan sejelas-jelasnya bahwa PDIP sangat tidak ingin Marissa menjadi pahlawan seperti pada kasus ketika Presiden SBY dipecat oleh Bpk. Taufik Kiemas melalui mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Pertama karena Marissa memilih berlayar bersama perahu Partai Islam PKS dan bersikukuh tidak bersedia ‘berdamai’ dengan Ayah dari calon Gubernur Banten – Tb. Chasan Sochib – yang diusung PDIP saat itu. Bunda Marissa tetap tegar dengan pendapatnya untuk membela rakyat Banten yang selama ini dibohongi dengan berbagai proyek sunatan yang dzolim yang masuk dalam koridor TIPIKOR (tindak pidana korupsi) – catatan korupsi ini disebar merata oleh BPK kepada seluruh / 550 anggota DPR RI saat itu. Bunda Marissa sangat takut kepada Allah, terutama lagi setelah beliau mendapatkan bukti ditangan akan ijazah aspal (asli tapi palsu) Rt Atut Chosiyah dari Fakultas Ekonomi, Universitas Borobudur, Kalimalang, Jakarta Timur.
    Berita tersebut bersumber pada alamat detik.com sebagai berikut: www. http://jkt1.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/09/tgl/01/time/142514/idnews/667069/idkanal/10.
    3. Termasuk juga seorang paranormal andalan PDIP – selalu berbaju hitam pekat – setengah frustasi bernama Bpk. Permadi, SH. Permadi yang memiliki sifat asal bisa selamat an tetap terpilih sebagai anggota DPR RI lagi ikut-ikutan memberikan statement buruk untuk Bunda Marissa seperti yang disaring dari website-nya Dr. Zulkieflimasyah, SE, MSc (pasangan Bunda Marissa dalam Pilkada Banten tahun 2006 yang lalu). Permadi mengatakan bahwa PDIP tidak merasa kehilangan seorang Marissa yang bukan siapa-siapa itu. Bahkan PDIP akan mendapatkan ratusan pengganti Marissa dengan cepat dan mudah. Berita tersebut bersumber pada www.okezone.com dengan nama penulis Yuni Sinambela, pada alamat situs: www.zulkiefliemansyah.com. Juga di-copy oleh: http://anggara.org/2007/08/24/tergoda-spanduk-calon-pelayan. Mungkin Pak Permadi sudah pikun karena melupakan bahwa Ibu Dewi Permadi Permadi istrinya selama hampir 20 (dua puluth) tahun mejadi salah seorang sekretaris senior Ayahnya Bunda Marissa yang bernama H. Allen Haque yang pernah menjadi orang nomor satu Personalia di PT Pertamina Pusat. Yah, ibaratnya kacang lupa pada kulitnya. Kelihatannya Bunda Marissa ikhlas memaafkan kelakuan Eyang Permadi dan istrinya itu.
    4. Yang mengejutkan, ternyata prilaku ‘minor’ ini bukan semata milik oknum di PDIP. Oknum dari partai Islam dan ormas Islam besar ikut-ikutan mencaci-maki Bunda Marissa. Lihatlah apa yang tertera pada website-nya Pemuda Anshor pada: www.http://gp-ansor.org/?p=868. Kami insya Allah sangat yakin apabila mereka tahu bahwa kakek buyut Bunda Marissa Haque adalah salah seorang Kyai besar pendiri NU guru dari Ayahnya mantan Presiden Gus Dur yang dimakamkan di pulau Madura, maka oknum dari pemuda Anshor yang memberikan komentar jahat didalam website-nya saya yakini pastilah akan sangat menyesal. Karena sebagai kader NU, mereka tidak memberikan penghormatan yanga layak kepada ummat yang berasal dari trah biru keturunan mereka.

    5.
    Termasuk juga ulah seorang Kyai NU, Pak Kyai yang memiliki nama ‘kembar’ pada daftar DCS di KPU dari kedua partai PKB dan PPP. Dalam laporan Ketua KPU, Bpk. Prof. Dr. KH. Anshari, Bapak Kyai ini memakai 2 nama yang mirip namun berbeda, dari dua partai yang berbeda. Pertama, Asep Moushul (dari PKB dengan Dapil Jabar 10, No. urut 1). Dan kedua, sebagai KH. Asep Moushul (dari PPP dengan Dapil Jabar 11, No. urut 1). Didalam sebuah blogspot atas nama dirinya beralamat: http://www.moushul.blogspot.com/2008/09/caleg-ppp-ancam-cabut-berkas.html, juga sejak beberapa bulan yang lalu membuat isi berita menghujat atas kehadiran Bunda Marissa di PPP. Didalam blogspot tersebut diatas, dinyatakan ulang sebuah kalimat yang sangat menyakitkan dari pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum GPK (Gerakan Pemuda Ka’bah) bernama Syahrial Agamas dan Anggota Departemen Pengembangan dan Penerapan Iptek DPP PPP Mas M. Sa’adun asal Madura mengatakan bahwa seorang Marissa Haque adalah seorang ‘kutu loncat’ yang tidak layak menduduki jabatan legislative / DPR RI 2009. Padahal Bunda Marissa Haque kami bukanlah seorang kutu loncat. Sampai detik terakhir Bunda kami tidak pernah meniggalkan PDIP, namun Bunda dipaksa mengundurkan diri oleh Bpk. Taufik Kiemas karena tidak bersedia mendukung Rt Atut Chosiyah. Namun permintaan Bpk. Taufik Kiemas ditolak oleh Bunda Marissa. Bunda kami merasa disumpah dibawah Al Quran pada saat dilantik untuk mulai menjabat sebagai wakil rakyat di DPR RI dari Fraksi PDIP. Tanggung jawab Bunda Marissa adalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada Pak Taufik Kiemas, dan Ibu Megawati Soekarnoputri. Akhir kata Bunda Marissa dipecat oleh mereka berdua melalui Sekjennya Bpk. Pramono Anung.
    Disaat maju sebagai calon wakil Gubernur Banten kemarin, Bunda Marissa tidak pernah menjadi kader PKS, beliau hanya bersahabat dengan beberapa ustadzah PKS seperti Bunda Yoyoh Yusroh, (sesame anggota DPR RI dari Komisi 8), Bunda Kingkin (PKS Kabupaten Tangernag, Banten), dan Bunda Sylvi dari PKS Jakarta Timur. Dengan para ustadnya Bunda Marissa merasa kurang cocok karena kultur Arab yang melekat kuat pada sebagian besar oknum ustad di PKS seperti misalnya: setengah menganjurkan poligami kepada Ayahanda Ikang Fawzi, meminta memakai jilbab panjang sampai didada, menghapus make-up (rias wajah) yang dianggap terlalu terang, melarang memakai parfum, dll. Sejujurnya hal-hal tersebut diatas sangat menyiksa Bunda kami. Secara kebetulan juga sangat mungkin karena Bunda Marissa adalah seorang keturunan NU tulen yang beraliran Islam moderat Ahlul Sunnah wal Jama’ah sementara aliran dalam PKS adalah Wahabi dengan kiblat perjuangan Hasan Al Banna dari Mesir. Jadi aliran Islam mereka sungguhlah sangat berbeda, ibaratnya antara air dengan minyak. Sehingga seluruh teman yang dekat dihati Bunda Marissa Haque sangat tahu bahwa beliau tidak mungkin bergabung dengan PKS. Dengan argument bahwa Bunda Marissa adalah seorang muslimah yang merdeka serta moderat.
    Sejujurnya sampai hari ini persahabatan Bunda Marissa dengan banyak UStadzah PKS yang tergabung dengan Shalimah masih sangat mesra. Mereka masih sering melakukan silaturahmi satu dengan lainnya. Bunda Marissa merasa bagian dari keluarga besar PKS diseluruh Indonesia. Menurut Bunda Marissa, mencintai tidak selamanya harus memiliki. Dengan cara itulah Bunda Marissa mengekspresikan cintanya kepada saudari-saudarinya di PKS. Tidak harus bersatu namun saling menghormati dan mendukung dalam koridor cinta kepada Allah SWT.
    Sedih sekali hati kami menyaksikan selama ini penderitaan Bunda kami yang sangat santun, cerdas, rendah hati, dan baik budi bahasa ini. Kami membutuhkan perhatian serta kasih sayang Bunda Marissa Haque didalam melangkah menjalani kehidupan kami dinegeri yang sangat bergetah ini. Bunda Marissa adalah Bunda asuh kami yang telah bersusah payah ditengah kekuranglapangan rezekinya karena berlama-lama dalam berjihad dijalan-Nya, namun Bunda Marissa masih tetap terus berupaya menyekolahkan kami hingga sebagian hampir menjadi sarjana. Sementara Bunda Marissa menangguhkan hampir seluruh kesenangan duniawi yang sebenarnya dapat dinikmatinya. Namun seluruh perhiasan mewah, kendaraan, dan sebagian simpanan Bunda di Bank kami tahu dinafkahkan dijalan Allah untuk kami-kami ini.
    Ya Allah… kami membutuhkan lebih banyak lagi anak bangsa sebagai putra terbaik negeri ini untuk terus melawan kebathilan tanpa kenal lelah seperti Bunda Marissa kami ini. Seseorang yang dengan kesadaran penuh bersedia bersusah payah untuk menjujurkan keadilan serta membingkai politik dengan hukum untuk menjadi Kekasih-Nya. Allahu Akbar! Kita sebenarnya belum merdeka…

    ReplyDelete
  7. Banyak artis dan politisi ijazah palsunya terbongkar. Kok di Banten dari Bupati Jayabaya di Lebak dan Ratu Atut Chosiyah nggak dibereskan sama SBY ya? Payah banget tuh Presiden pilih kasih. Katanya JK adalah pacar gelap Ratu Atut sih ya?

    ReplyDelete
  8. apa sih ini pada ribut ?

    ReplyDelete
  9. Marissa's Story

    Tulisan untuk Media, Desember 2003

    Photography by Fernandez Hutagalung

    Oleh. Marissa Haque Fawzi Jakarta, 1 Desember 2003

    Kopi dan kenangan

    Hari ini, hari Minggu. Masih suasana liburan Lebaran 14.. Hijriah. Hari-hari terakhir sebelum aku akan kembali ditenggelamkan oleh segudang target kehidupan dan masa depan. Termenung aku duduk di Musholaku. Semilir bau tanah basah bekas hujan semalam. Bunga Kembang Sepatu merah tua seakan menyapa selamat pagi untukku yang sedang enggan mandi pagi. Kupandangi kursi tua yang kududuki, warisan ibuku. Kuraba sarung jok dibawah kimono katun yang kupakai. Rasanya baru saja kuganti seminggu sebelum lebaran, tapi entah kenapa getaran kuno dari kursi tua ini selalu melambungkanku pada suatu masa kebersamaan yang hangat. Masa-masa yang terekam kuat dibawah sadarku. Orang-orang yang dekat dihati, yang telah pergi sebanyak satu generasi. Ayah Ibuku, dan keluarga besar Ibuku yang aku kasihi.

    Masih teringat dibenak saat kecil kami berempat—Shahnaz adikku yang terkecil belum lagi lahir—Mama, Papa, Soraya, dan aku berlibur dari pelosok kabupaten kecil di Plaju-Baguskuning, Palembang tempat ayahku bekerja sebagai karyawan Pertamina, menuju kota Bondowoso, Jawa Timur kampung masa kecil almarhumah Ibuku.

    Sepanjang perjalanan dengan memakai pesawat Fokker F28, yang sudah sangat terasa mewah saat itu, kami pergi terlebih dahulu menuju Jakarta, kemudian transit melalui Surabaya diteruskan perjalanan melalui darat melewati daerah Pasir Putih, baru setelah itu tiba di Bondowoso, Jawa Timur. Kami menginap dirumah besar orang Belanda istri kedua sepupu Eyang Putriku. Karena tak memiliki anak dari perkawinannya, beliau menganggap Ibuku dan semua sepupunya sebagai anaknya sendiri. Perjalanan ini menjadi istimewa, karena tak lama setelah liburan kami, Oma Belanda itu meninggal dunia.

    Ada benang merah yang membuat aku flash back kepada masa lalu. Tekstur kursi tua yang aku duduki warisan almarhumah ibuku dari rumah Belanda di Bondowoso dan aroma kopi tubruk dari cangkir yang aku gengam. Aroma ini sangat mirip dengan rekaman masa lalu bawah sadarku. Aroma yang memanggil-manggil. Ah,…wangi kopi! Bagaimana mungkin aku mengacuhkan keberadaan kopi, karena sejak diperkenalkannya di Bondowoso saat aku kecil, aku selalu ingin tahu lebih jauh. Bukan hanya karena suka akan rasa dan aromanya, akan tetapi kepada hikayat cerita yang melengkapinya. Membawa aku berkelana jauh dimasa ratusan tahun dibelakang. Oma Belanda ini sangat faham sejarah dunia, beliau juga sangat tahu nama-nama jenis kopi yang ditanam serta dibudidayakan disekitar rumah besarnya. Ya, beliau dan suaminya yang orang Jawa Timur adalah pemilik lahan luas perkebunan kopi Bondowoso saat itu.

    Masih teringat bagaimana aku sambil terkantuk duduk bersandar dibahunya, mendengar dengan seksama cerita-cerita memikat. Diceritakan bahwa biji kopi yang terbaik dari Bondowoso adalah yang sudah dimakan Musang, yang keluar bersama kotorannya. Saat itu biji kopi juga bisa didapatkan dari berbagai perkebunan lain ditanah air. Antara lain dari Aceh, Medan, Toraja, Timor, juga daerah tetangganya di Jawa Timur, Jember. Biji-biji kopi yang merah tua itu disimpan dalam karung goni digudang selama lima sampai tujuh tahunan. Biji- biji tersebut kemudian dijemur dibawah sinar matahai selama minimal tujuh jam. Setelah itu ditumbuk, disangrai, setelahnya digiling. Wah, bahagianya aku dapat membayangkan seluruh proses produksinya. Bahan informasi awal inilah yang membuat aku hari ini bersiap- siap “pulang kampung” ke Bondowoso, bernostalgia tentang keberadaan lingkungan perkebunan kopi tersebut terutama melihat kondisinya setelah terkena landreform beberapa belas tahun yang lalu, serta melihat kemungkinan membuat film dokumenter tentang Kopi Arabika asal Jawa Timur.

    Cerita sang Oma semakin memikatku, apalagi setelah diperkaya oleh hikayat perdagangan yang dilakukan orang-orang Belanda di Nusantara sebelum sang Oma lahir, kerjasama yang didasarkan secara berat sebelah oleh Kompeni, orang-orang bumi putra yang merebut kembali kekuasaan tanah ulayat milik adat, serta percintaan “terlarang” nya dengan Eyang Kakung yang tidak utuh kuserap karena faktor usia. Kuingat Soraya sudah asyik terlelap dikasur lebar, dikaki Oma Belanda bersama para sepupu yang lain.

    Sang Oma juga membagi resep, beliau mengatakan bahwa baginya usaha kopi sangat kaya seni. Seluruh proses produksi—diluar pembudidayaan kebun—dipegangnya sendiri. Ia berprinsip menjual kopi yang harus fresh. “Cara” baginya adalah sangat penting, jumlah bukan bidikan pertama. Setiap kesalahan berproses adalah proses belajar itu sendiri, kata beliau. Kata-kata ini juga yang selalu terekam dibawah sadarku, bahwa sebuah proses belajar tidak ada yang instant. Hasil akhir biarkan menjadi misteri, yang penting adalah menikmati proses belajarnya. Karena belajar itu asyik. Harus proaktif mendatangi beberapa pakar, tidak malu untuk bertanya, serta menjalin silaturahmi berkala kepada siapa saja yang bermurah hati untuk membagi ilmunya—karena menurut beliau didunia ini tidak banyak orang ikhlas yang tulus mau berbagi ilmu pada sesama.

    Dan detik ini, aku lupa bahwa aku belum menyiapkan sarapan apapun untuk keluargaku. Bik Inah pembantu yang sudah ikut puluhan tahun di dalam keluargaku masih pulang kampung, belum balik lagi. Jadi sebenarnya inilah saat yang paling tepat bagiku untuk mengekspresikan rasa cinta pada keluarga melalui perut. Salah satunya adalah dengan menuangkan kopi dalam cangkir-cangkir keramik biru kesayangan. Yang sedikit besar untuk Ikang suamiku, sementara ukuran sedang untuk Mertuaku. Anak-anakku menyukai rasa kopi didalam campuran Mocca Cream dalam mug besar. Aku ingin meneruskan kebiasaan berdiskusi ringan dengan mereka semua dimeja makan. Tentang apa saja. Tentang headline dikoran hari ini, tentang Politik, Ekonomi, atau Sosial dan Budaya. Bila diskusi tidak nyambung, tidak mengapa. Aku ingin menciptakan suasana cerdas dimeja makan. Juga penting membina kebiasaan mengutarakan pendapat dengan cara yang santun dan terasah. Mertuaku yang mantan Diplomat Karir biasanya menjadi mentor informal. Sehingga Kopi bagiku bukan sekedar minuman belaka, tetapi juga adalah perekat tali emosi didalam keluarga.

    Sementara itu diluar rumah, aku sering sekali memilih Coffee House atau Coffee Lounge sebagai meeting point walau sekedar social chat demi menyambung silaturahmi. Lebih serius lagi sering pula menjadi tempat membina relationship dengan relasi bisnis.

    Kopi memang selalu menarik. Semenarik harumnya yang selalu membuat orang mau tidak mau—walau sekedar hanya untuk menghirup aroma— menyita minimal satu atau dua detik untuk menikmatinya.

    Aroma Kopi, bagiku adalah aroma cerdas dan elegant.

    -- marissa haque (marissahaque@bali-marissa.com), December 02, 2003.

    ReplyDelete
  10. Pahlawan Kepemimpinan Muda Indonesia
    Sejak semalam disalah satu tv swasta Indonesia dan headline hari ini diharian Kompas, Gramedia Grup mengabarkan tentang makna dan proses menjadi seorang pahlawan. Tentulah klop dengan tanggal hari ini 10 November yang dinyatakan secara nasional sebagai Hari Pahlawan Indonesia. Di tv swasta semalam tersebut, salah seorang pakar motivasi Indonesia Mario Teguh mengatakan bahwa setiap dari kita adalah pahlawan. Seorang pahlawan bukanlah yang selalu yang berada pada posisi paling depan dimedan pertempuran dan tewas duluan. Dia dapat berada dimanapun, kapanpun, serta dalam kondisi apapun. Jadi artinya kita semua tanpa terkecuali mampu untuk menjadi pahlawan dilingkungan dimana kita bertempat tinggal.
    Pagi ini saya dan Ikang Fawzi suamiku diundang oleh salah seorang sahabat kami Eko Patrio untuk menjadi narasumber disalah satu acaranya berjudul “Dewa Dewi” yang berbentuk talkshow semi komedi namun selalu mampu menyelipi beberapa pesan socsal-ekonomi-hukum yang lumayan serius. Eko Patrio sebagai produser sekaligus host pada acaranya di TPI ini, dengan kecerdasan khasnya, mampu mendongkrak nama serta partainya sehingga mampu muncul menjadi calon legislatif 2009 yang paling diingakan kedua terbesar setelah Agung Laksono yang memang sampai hari ini adalah Ketua DPR RI. Posisi ketiga diraih saya Marissa Haque Fawzi yang merupakan sumbangan terbesar bagi partai kedua yang baru saya masuki dalam setahun belakangan ini. Dari 21 buah nama yang pop-up (muncul), ternyata 10 nama berasal dari kelompok selebriti (disebut artis) Indonesia. Jagad nasional tercengang, masyarakat elit dan intelektual protes. Sebagian positif, namuntak kurang yang negatif. Bahkan seorang pakar komunikasi dari UI (Universitas Indonesia) yang juga salah seorang pemandu acara semi komedi-politik di tv swasta memberikan komentar minor akan kenyataan didepan mata ini. Hanya satu-dua komentar yang muncul dimedia memberikan dukungan atas kehadiran entitas ‘alien’ kami ini. Salah satunya adalah komentar manis dari Dr. Andi Malarangeng salah seorang staf khusus / jubir Presiden RI. Ia mengtaakan bahwa adalah hak dari para selebriti tersebut untuk hadir menjadi politisi, karena memang peluang terbuka bagi siapapun yang mampu dan memenuhi syarat. Ya benar, sata setuju dan memberikan apresiasi tinggi atas komentar positif tersebut. Karena sejujurnya, bahwa sang Presiden RI pun belakangan ini memasuki wilayah ruang selebritas di beberapa infotainment Indonesia. Entah siapa konsultan medianya, karena yang jelas memang – diluar tugas konstitusional kenegaraan – langkah Presiden memasuki wilayah ‘remeh-temeh’ tersebut berdampak positif atas pelurusan berita gossip yang sempat menerpa sang Presiden. Semisal kelahiran cucu pertamanya yang dianggap diapkasakan melalui operasi secsio demi mengejar bersamaan dengan HUT proklamasi kemerdekaan Indonesia.
    Siang nanti saya diterima oleh Bambang Sulistomo anak Pahlawan Negara Bung Tomo asala Surabaya. Mas Bambang senior suamiku di FISIP-UI saat kuliah dulu, adalah salah seorang supporter utama saya selama berjihad menjujurkan keadilan dan membingkai politik dengan hukum didalam menegakkan keadilan Pilkada Banten 2006 yang sangat kaya akan kecurangan serta intimidasi itu. Bung Tomo, Ayah Mas Bambang baru saja diresmikan menjadi salah seorang pahlawan Negara kita. Pertanyaannya kemudian: “Why it takes so long?” kenapa lama sekali pengakuan menjadi pahlawan ini diberikan sebuah negara yang katanya merdeka dan berdaulat? Apa yang salah selama ini dengan negeri ini didalam mengapresiasi para pahlawannya? Walau sejauh yang saya tahu bagi keluarga Mas Bambang, diakui atau tidak soal kepahlawanan ayahnya, mereka menganggap dari dulu ayah mereka adalah seorang pahlawan sejati. Menurut Mario Teguh semalam, dikatakah bahwa seorang pahlawan sejati tidak perlu pengakuan dari orang lain. Ia bagaikan sebuah lilin yang rela meleleh demi memberikan penerangan pagi sekelilingnya. Nah, bagaimana dengan kita semua? Sejauh mana (to what extent) keikhlasan kita berbuat banyak atas kebaikan tanpa orang lain harus mengetahuinya?
    Tiba-tiba tangan saya tanpa sengaja membuak sebuah sms yang sengaja saya simpan untuk tetap menjaga ‘bara’ jihad perjuangan menjujurkan keadilan dan membingkai politik dengan hukum diranah Banten ini. Kiriman seorang wartawan perempuan yunior yang pernah saya kagumi kecerdasannya, lulusan sebuah univeritas bergengsi di Provinsi Jawa Timur. Saya memang mengirimkan lebih dulu sebuah sms undangan untuk hadir pada sidang pembuktian kasus dugaan ijazah palsu Gubernur Banten disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 yang lalu di PN Tangerang, Banten. Namun jawaban yang saya peroleh sangat mengagetkan karena sangat ketus dan menurut saya yang memiliki banyak sahabat para wartawan Kompas grup yang lebih senior, masya Allah… kurang bebudaya. Untungnya saya telah melaui perjuangan selama hamper 2 tahun dan telah melalui berbagai asam-manis-pahit perlakuan diskriminatif dari oknum media. Dan saya berhasil membeuktikan kebenaran dari teori media massa The Framing Analysis yang mengatakan bahwa didalam era indutri media seperti sekrang ini, tidak ada media yang benar-benar seputih kapas. Semua media membawa misi dan visi sang pemilik / pemodal dibelakangnya. Semua menuju satu arah, yaitu growth only. Dalam koridor teori ekonomi pembangunan artinya adalah mengejar keuntungan setingi-tingginya, dan sebagian dari pelaku industi media terperosok dalam jebakan economic drive ini sehingga melupakan idealisme media sesungguhnya. Tentu tidak berlaku umum, karena konteks di Indonesia masih banyak yang tidak seperti itu dan perhati ini terpaksa harus berurusan dengan pengadilan karena sedang melakukan jurnalisme perang atas oknum preman berdasi yang dimasa lalu – diduga masih berlaku sampai hari ini – masih seakan aman-aman saja berjalan “dijalur sutra dan masuk surga.” Saya telah memamafkan sang wartawan perempuan yunior tersebut setelah dengansangat ‘sadis’ mengatakan kepada saya:”… saya tidak tertarik mengabarkan dimedia saya apa yang kamu lakukan karena kamu sudah kalah.”
    Sejujurnya sebagai manusia perempuan biasa saya sangat sedih atas dua kata dia yang terakhir, yaitu “sudah” dan “kalah.” Jawaban saya untuk dia semoga tidak mengecewakan almarhum ayah dan ibuku sebagai berikut: “Hi mbak ‘…’ Bagi saya kekalahan itu hanyalah pernyataan didalam pikiran kita, tidak lebih. Terimakasih banyak atas balasan smsnya, namun tidak akan mempengaruhi jihad saya didalam menjujurkan keadilan dan membingkai politik dengan hukum. Kegagalan hanyalah kemenangan yang tertunda. Juga menang adalah kemampuan mengalahkan diri sendiri. Saya akan tetap apa adanya dengan perjuangan saya ini, karena saya yakin Allah SWT selalu bersama langkah kanan saya – being blessed by God the Almighty, Allah SWT. Bismillaaaah... Salam kasih, Marissa.” Demikian kurang lebih is isms saya dengan upaya nada bersahabat dan tidak ingin terpancing emosi. Pertanyaan selanjutnya adalah: “Apakah saya ingin dikatakan pahlawan dengan perjuangan melelahkan di Banten ini?” Hari ini dan seterusnya kedepan, saya harus meyakinkan diri saya bahwa sebagai menantunya wong Banten saya hanya melakukannya hanya karena Allah SWT semata, untuk menjadi KEkasih-Nya. Tidak lebih dan tidak kurang… Allahu Akbar, merdeka!

    Oleh: Dr. Hj. Marissa Haque Fawzi, SH, MHum.

    ReplyDelete
  11. [B][FONT="Fixedsys"][SIZE="7"]Dia salah masuk di PDIP. Ketika ternyata lebih banyak PKI nya di PDIP dia serinf bilang mual sama kami-kami wartawan di DPR RI. Karenanya saya merasa memang sebaiknya Marissa Haque di Partai Islam saja, karena dia terlalu Islam buat PDIP yang kiri dan penuh PKI serta rampok. Kalau nggak rampok ijazah palsu seperti Ratu Atut Chosiyah SE dari Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Jaktim. kampus GIRLI alias Pinggir Kali gitu loh![/QUOTE][/SIZE][/SIZE][/FONT][/B]

    ReplyDelete
  12. ala lu pada gede baco* aja ngomongin ijasah palsu atut, tau jg kaga cuma katanye, gue kenal siapa atut jadi gue tau bener, yang jelas atut kuliah di unbor itu pindahan dari aku bank bandung nerusin di fe unbor setelah dikonfersi transkip tinggal nambnah beberapa sks, masa mhs pindahan harus kuliah 4th, sudah lah penyidik jg bukan orang bodoh, kalo mo komentar cari dulu info sebanyak-banyaknya baru komentar, klo ga tau apa-apa komentar kesannya goblok permanen, justru marisahak tidak hati-hati jelas-jelas dia di bohongin sama temanya, percaya aja tentang ijasah atut palsu, (cerdas tapi Bodoh) salam buat bu atut semoga sukses selalu dan dapat lindungan Allah swt

    ReplyDelete
  13. Ratu Atut Chosiyah tidak dungu, apalagi bloon, karena dia sekarang sudah menjadi seorang dengan nama lengkap Prof. Dr. Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE, MBA, MSi, MSc.

    ReplyDelete
  14. Ratu Atut Chosiyah tidak dungu, apalagi bloon, karena dia sekarang sudah menjadi seorang dengan nama lengkap Prof. Dr. Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE, MBA, MSi, MSc.

    ReplyDelete

Thank you for nice commenting !

Recent Comments

Indonesian Actress Extravaganza

Categories

Artis Film (446) Bintang Mesum (283) Hardcore (280) Model (272) penyanyi (257) Video (143) MC (107) MILF (73) Tokoh (61) iklan (12) Redaksi (5) Forum (1)

Masih kurang Hot ?

Loading

hasil

Social Icons

Total Pageviews